Ditemukannya
kondom bekas di gedung DPR, menunjukkan kepada kita bahwa ternyata
gedung DPR itu bukan hanya dijadikan tempat untuk menonton video porno
oleh anggota dewan. Adegan seks itu tidak hanya berhenti di gambar film,
seperti yang dilakukan oleh Arifinto. Ternyata ada aktualisasinya juga.
Kondom bekas, cleaning service dan gedung tempat orang terhormat itu
yang menjadi saksinya.
Siapakah
pemakai kondom bekas yang ditemukan di tempat sampah itu? Sampai
sekarang memang belum ada yang tertangkap basah sedang membuang kondom.
Permadi pernah memberi kesaksian di sebuah stasiun televisi, bahwa
cleaning service sering menemukan kondom bekas di gedung anggota dewan.
Konon, pemakai kondom itu adalah anggota dewan sendiri.
Untuk
membuktikan siapa pemilik kondom itu, apakah anggota dewan atau orang
yang kebetulan mampir di gedung dewan hanya untuk membuang sampah kondom
itu, mudah sekali. Caranya adalah dengan melakukan tes DNA atas sperma
itu. Tetapi apa gunanya? Siapa yang mau membiayai tes DNA itu dan apa
pula untungnya kalau kita tahu? Apakah itu bisa membuat anggota dewan
kita jadi lebih baik, bersih dan bermartabat?
Atau
malah membuat rakyat semakin malu, karena memiliki anggota dewan yang
tidak bisa internet, tidak tahu alamat email resmi lembaga mereka,
kendati sudah 2 tahun bekerja di sana, ketahuan gagap dan tidak well
informed saat ditanya tentang kepentingan dan kebutuhan studi banding
serta kunjungan kerja mereka oleh para pelajar kita? Sudah begitu porno
dan hidung belang lagi?
Dengan
ditemukannya kondom bekas di tempat sampah gedung DPR, membuka mata
kita bahwa mereka ternyata membutuhkan seks bebas juga. Mungkin mereka
terlalu stress dan penat, karena itu mereka membutuhkan hiburan
lahir-batin. Seks adalah obat paling mujarab melepaskan semua
ketegangan. Namun karena jam kerja mereka tidak menentu, maka mereka
tidak sempat pulang ke rumah. Tidak mungkin juga memanggil istri
malam-malam ke gedung DPR bukan? Jadi cari saja alternatif lain, yang
lebih mudah, bisa dipanggil kapan saja. Atau kalau ada yang gratis,
mengapa harus bayar?
Konon,
banyak anggota DPR yang memiliki affair dengan sekretaris pribadinya.
Jadi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehamilan
yang tidak diinginkan atau penyakit bawaan yang dimiliki pasangan, maka
demi kenyamanan, kenikmatan dan keamanan bersama, digunakanlah kondom
itu. Maka jangan heran, kalau esok paginya cleaning service menemukan
kondom bekas di tempat sampah, di ruang kerja anggota dewan.
Selain
terlibat skandal dengan sekretaris pribadi, ada hubungan lain yang
bersemi di antara anggota dewan. Sudah bukan berita baru bahwa di tempat
kerja sering terjadi cinta lokasi. Kita bisa melihat secara kasat mata
banyak di antara mereka yang saling suka, karena terlalu sering bertemu
di rapat komisi dan atau paripurna. Ada yang memilih meninggalkan
pasangannya dan ‘jalan’ dengan rekan kerjanya di DPR itu.Dari teman jadi
deman, karena faktor kebiasaan. Kebiasaan bertemu, kebiasaan
bertukar-pikiran, lama-lama kebiasaan jalan.
Atau
bila tidak, ya cukup tahu sama tahu sajalah. Sama-sama tahu bahwa
keduanya saling tertarik, namun apa daya ada pasangannya. Jadi kalau mau
diteruskan, namun tetap bertahan pada pasangan masing-masing, tidak
masalah toh? Itulah gunanya affair itu! Affair yang sukses dilakukan
apabila tidak ketahuan oleh siapapun, namun akhirnya bercerai dengan
pasangan masing-masing dan akhirnya menikah. Nah itulah affair yang
sukses.
Tetapi
siapa yang tahu? Hanya Tuhan dan anggota dewan yang tahu, apa yang
sesungguhnya terjadi gedung DPR itu? Tidak ada yang tahu itu sperma
siapa, melakukan hubungan seksnya dengan siapa, dan dimana persisnya,
tidak ada yang benar-benar tahu. Karena semua saksinya yang
menyaksikannya bisu. Gedung dan segala isinya, tempat dimana terjadinya
hubungan seks itulah saksi bisunya. Kecuali bila mereka secara tidak
sengaja, karena sedang khilaf dan kebelet, nekad melakukannya saat siang
hari atau sore hari, padahal masih ada wartawan dan akhirnya tertangkap
kamera, baru semua akan terbuka dengan jelas.
Kondom
itu hanya menginformasikan kepada kita bahwa ada banyak hubungan seks
terjadi di gedung itu. Gedung dewan yang terhormat itu, tidak hanya
sering menjadi sarang penyamun, karena banyak anggota dewan yang
terlibat korupsi. Namun, jadi tempat memuaskan hasrat seksual para
anggota dewan juga. Kembali mata kita terbuka, mereka hanya manusia
biasa. Mereka juga butuh seks bebas. Mumpung tidak ketahuan, jadi
mengapa tidak diteruskan saja bukan? Toh selama ini hanya gedung bisu
yang menjadi saksinya. Apalagi sebentar lagi gedung itu akan disulap
menjadi gedung yang jauh lebih nyaman dan luas, untuk melakukannya. Jadi
tarik mang, goyang terus…(kompasiana)
sumber:globalmuslim.web.id
sumber:globalmuslim.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar