Keluarga Monyet (lha orang dia ngakunya Moyangnya Monyet, berarti Keluarganya Monyet Dong)
|
Charles Darwin, Mendengar namanya, seketika kita akan teringat tentang teori evolusi.
Dan jika kita pernah belajar Biologi di bangku sekolah tentang adanya
seleksi alam, yaitu pertarungan antar makhluk hidup guna mempertahankan
spesis masing-masing, maka lupakan teori tersebut. Atau jika kurikulum
yang kita pelajari dulu mencekoki kita tentang bagaimana manusia
berevolusi dari kera menjadi manusia, maka buang jauh-jauh dogma itu dan
jangan diwariskan kepada keturunan kita. Cukup sampai di sini kita
ditipu mentah-mentah oleh teori Darwin ini.
Darwinisme sejatinya ingin menegaskan bahwa alam ini tercipta secara kebetulan tanpa adanya The Creator.
Dalam kamus akidah Islam, kata “kebetulan” itu tak pernah ada, karena
itu bertentangan dengan pokok Iman terhadap Qadha’ dan Qadar.
Selanjutnya, teori Darwin ini kemudian menjadi filsafat materialisme dan
rasisme yang diadopsi oleh Neo-Fir’aun semacam Adolf Hitler. Hitler
beranggapan bahwa bangsa Aria adalah ras unggul yang paling berhak
memiliki dan mengatur dunia. Maka jangan heran jika dalam film yang
tengah kita kupas ini, berkali-kali ditampilkan simbol Nazi yang nota-bene adalah kendaraan Hitler sekaligus piranti untuk menerjemahkan filsafat Darwin dalam bentuk Perang Dunia-II.
Nazi Swastika |
“Evolusi”. Evolusi dalam tafsiran Nazi berarti merujuk kepada
teori Darwin bahwa sebuah spesis yang unggul dan kuat untuk tetap survive
harus membunuh spesis lainnya yang lebih rendah dan lemah. Inilah yang
kemudian disebut sebagai “Teori Eugenetika”, yaitu membuang orang-orang
berpenyakit dan cacat, serta “memperbaiki” ras manusia dengan
memperbanyak jumlah individu sehat. Sebagaimana hewan jenis unggul dapat
dibiakkan dengan mengawinkan induk-induk hewan yang sehat, maka
berdasarkan teori ini, ras manusia pun dapat diperbaiki melalui cara
yang sama.
Ideologi Darwin yang dianut Nazi terbaca jelas dalam buku Adolf Hitler berjudul Mein Kampf
(perjuanganku), dimana Hitler termasuk golongan yang “terilhami” oleh
teori seleksi alam tersebut. Hingga pada rapat umum partai Nazi di
Nuremberg tahun 1933, Hitler mengumandangkan bahwa: “Ras yang lebih tinggi memperbudak ras yang lebih rendah…”
Komunis |
Pemahaman sesat ini Juga dapat kita Jumpai pada Komunisme. Dan jika kita bahas tentang komunisme,
lazimnya kita merujuk kepada penggagas komunisme itu sendiri yaitu Karl
Marx. Dialah orang pertama yang memahami sumbangsih besar Darwin
terhadap paham materialisme. Karl Marx menunjukkan simpatinya kepada
Darwin dengan mempersembahkan karya terbesarnya “Das Kapital” kepada Darwin. Dalam edisi bahasa Jerman dari buku tersebut, yang ia kirim kepada Darwin ia menulis: “Dari seorang pengagum setia Charles Darwin”. Maka tak heran jika Karl Marx pernah berujar bahwa “Agama adalah candu”.
Karena Marxisme sejatinya merupakam paham yang menolak keterlibatan
agama dalam urusan dunia. Itu sebabnya, ajaran evolusi yang juga
menafikan paham ketuhanan ini searah dengan jalur pemikiran Karl Marx.
Propaganda Pembohongan dan Anti Tuhan Darwin
Propaganda Pembohongan dan Anti Tuhan Darwin
Darwin dalam bukunya “The Descent of Man”– yaitu mengajarkan
bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama. Para
pengikut Darwin juga telah berusaha untuk memperkuat kebenaran
pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan berbagai
penelitian, pernyataan “evolusi manusia” belum pernah dilandasi oleh
penemuan ilmiah yang nyata khususnya di bidang fosil.
Tapi, meskipun kaum Darwinis tak pernah berhasil menyadurkan bukti
ilmiah untuk membuktikan teori mereka, mereka sangat berhasil dalam satu
hal; yaitu Propaganda! Mereka sangat ahli berbohong
dengan menciptakan fosil palsu dengan mengkombinasikan antara tengkorak
Simpanse dengan rahang manusia. Mereka adalah orang-orang yang ahli
berkonspirasi dengan menciptakan “Pohon Evolusi Manusia” yang
menggambarkan penjelmaan manusia dari kera. Dan mereka tidak hanya licik
berdusta, namun juga mampu menjejali pikiran kaum cendikia dengan
ideologi ini melalui institusi pendidikan dan kurikulum sekolahan.
HOAX |
Manipulasi gambar dan fosil hingga sekarang masih menjadi trade-mark Darwinisme.
Roger Morneau, salah seorang mantan anggota perkumpulan rahasia
penyembah setan dalam sebuah wawancara eksklusif –yang kemudian rekaman
videonya diadopsi The Arrivals part-31 (The Great Deception)–
membeberkan sebuah fakta mengejutkan terkait agenda yang dicanangkan secret society tersebut dalam upaya menghilangkan keyakinan terhadap Tuhan melewati teori evolusi. Roger dalam wawancara tersebut berujar, “…To destroy the bible without burning it through the theory of evolution.” (Memusnahkan bibel tanpa membakarnya yaitu dengan memperkenalkan teori evolusi manusia).
Bibel sesat yang telah diselewengkan itu saja hendak diberangus
ajarannya, bagaimana dengan Al-Qur’an yang masih orisinil serta di
dalamnya terdapat hidayah dan hikmah? Tentu saja “penanggulangannya”
akan lebih ekstra.
Roger kemudian menegaskan bahwa setan secara langsung mengajari Darwin perihal teori ini, seraya berkata, “Satan taught Charles Darwin personally in setting up the principles of the theory of evolution.” (Setan telah mengajari Charles Darwin secara langsung dalam membangun prinsip teori evolusi). Lalu ia mengukuhkan, bahwa setiap orang yang mengajarkan teori ini akan mendapat “hadiah” istimewa dari setan sendiri, “Anyone teaching the theory of evolution is considered to be a minister of that great religious system.” (Siapa saja yang mengajarkan teori evolusi ini, dianggap sebagai seorang menteri dalam sistem “agama” ini).
Coba kita Ingat-ingat lagi “pelajaran” tentang
manusia purba yang ditemukan fosilnya di Mojokerto dan dinamakan “Pithecanthropus Erectus” atau sering disebut juga dengan “Homo Erectus”.
Hingga di kemudian hari ditemukan tengkorak yang mirip dengannya di
dekat desa Ngandong, yang juga terletak di lembah Bengawan Solo hingga
dinamakan sebagai “Homo Soloensis”. Homo Erectus dan Homo
Soloensis digambarkan sebagai manusia purba dengan peradaban primitif,
kolot dan berfisik setengah kera. Padahal, dalam Al-Qur’an satu-satunya
manusia kera adalah bangsa Yahudi yang melanggar perintah Allah kemudian
dikutuk menjadi kera sebagai hukuman di dunia. Dan tentunya, mereka
tidak berkembang-biak juga tidak mewariskan ke-Kera-annya kepada orang
lain. (Lihat; al-Baqarah ayat 65, al-Maidah ayat 60 dan al-A’raf ayat
166).
Kajian “manusia purba” yang sama sekali tidak ilmiah tersebut
menandakan bahwa Darwinisme telah mengakar kuat di bumi Nusantara sejak
puluhan tahun silam. Dan ini bertentangan langsung dengan konsep dasar
penciptaan manusia yang memiliki asal-usul dari Nabi Adam ‘alaihissalam.
karena Nabi Adam semenjak diciptakan langsung diperkenalkan Allah
dengan kosa-kata yang bahkan para Malaikat pun tidak tahu. Nabi Adam
beserta Siti Hawa semenjak di Surga telah mengenal pakaian dan turun ke
bumi pun dalam keadaan berpakaian. Keturunan pertama Nabi Adam, Qabil
adalah seorang petani, dan Habil adalah penggembala. Yang artinya,
mereka telah mengenal cocok-tanam dan ternak hewan. Manusia diciptakan
dalam kondisi sempurna, berilmu, beradab dan bertuhan. Hingga zaman
terus berjalan maka Bani Adam pun kian berkembang secara ilmu dan
peradaban, bukan secara evolusi fisik ala Darwin.
Lantas kemana ujung pangkal Darwinisme? Tidak lain semua akan
berhenti pada “stasiun kemusyrikan” yang menyatakan bahwa dunia ini
tidak diciptakan, melainkan terwujud dengan sendirinya. Tiada pencipta,
yang ada hanyalah kebetulan semata.
sumber Referensi:
arrahmah.com, wikipedia.com, facebook.com dan berbagai sumber
sumber Referensi:
arrahmah.com, wikipedia.com, facebook.com dan berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar