15 Juli 2004, penulis Israel, Amnon Barzilai, menulis berita pendek di Haaretzdaily.com yang berjudul “Israel set up Singapore’s army, former officers reveal”. Isinya menjelaskan, bahwa sejak awal berdirinya, negara Singapura telah meminta bantuan Israel untuk merancang tentaranya, sehingga menjadi Basis sekutunya di Asia Tenggara.
Desember 1965, delegasi militer Israel yang diketuai oleh Mayor Jenderal Ya’akov Elazari tiba di Singapura
secara rahasia dan mulai membangun berbagai cabang kekuatan militer di
sana. Sejak itu, hubungan keamanan antara kedua negara mulai diperkuat,
dan sekarang, Singapura merupakan salah satu konsumen terbesar terhadap senjata dan sistem persenjataan Israel.
Pendiri Singapura dan sekaligus perdana menteri pertama, Lee Kuan Yew, ketika itu, meminta Israel untuk membantu mendirikan ketentaraan negaranya, tidak lama setelah Singapura dipisahkan dari Malaysia tahun 1965.
Delegasi Israel terdiri atas enam pewira tentara dan dibagi dalam dua tim.
Pertama, dipimpin oleh Elazari, bertugas mengatur pertahanan dan keamanan internal kementerian.
Yang
lain dipimpin oleh Mayjen Yehuda Golan membangun infrastruktur militer,
dengan mengikuti model Israeli Defence Force (IDF). beserta pelatihan
para tentara Singapura.
Dan yang menarik, disebutkan dalam berita itu, delegasi Israel yang berangkat ke Singapura dilatih oleh seorang fundamentalis Zionis bernama Rehavam Ze’evi, mantan menteri pariwisata Israel, yang akhirnya dibunuh oleh pejuang Palestina dari kelompok PFLP. Ze’evi-lah yang dikatakan menulis ‘blueprint’ untuk tentara Singapura.
Berita yang disebarkan di surat kabar Israel itu bukanlah hal baru. Sudah lama kedua negara kecil itu memiliki hubungan yang erat.
Pembaca situslakalaka bisa membayangkan ketika saham Indosat dibeli oleh Singapura,
berapa puluh juta informasi yang didapat intelijen "bangsa kera" . Hal
ini sekaligus menjadi bukti, bahwa negara besar bernama Indonesia dengan
jumlah penduduk 220 juta jiwa, dalam banyak hal tidak berdaya
menghadapi strategi negara kecil boneka Israel .
Satu contoh, dalam masalah Perjanjian Ekstradisi. Sampai sekarang, belum ada perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura. Padahal, pemerintah Indonesia telah meminta berkali-kali, namun selalu ditolak Singapura. Pembaca situslakalaka tahu kenapa ? Benar, Singapura adalah tempat yang disiapkan "organisasi" sebagai wilayah aman bagi kroninya untuk bersembunyi saat melakukan pencucian uang (money laundering).
Banyak orang Indonesia yang menjadi tersangka tindak pidana pencucian uang sekarang ada di Singapura. Bahkan, sebagian sudah dituntut ke pengadilan, tapi tidak bisa dihadirkan, karena mereka tinggal di Singapura.
Dengan kekuatan ekonomi dan militernya, Singapura
seringkali memberikan tekanan dan ikut campur dalam masalah dalam
negeri Indonesia. Sebagai contoh, apa yang sering dilakukan oleh Lee Kuan Yew dalam memberikan pandangan terhadap Indonesia dan umat Islam. Dalam wawancara dengan BBC, 27 Maret 2004, Lee Kuan Yew menyerukan agar “Muslim Moderat memerangi Ekstrimis, yang ia sebut telah membuat teror di dunia.”
Kita
tidak setuju dengan ekstrimitas keagamaan. Sikap ekstrim adalah sikap
yang melampaui batas, dan tidak dibenarkan oleh Islam. Tetapi kita tak
sadar jika kalimat ekstrim dan teroris berasal dari Barat ? Selain Osama bin Laden, diantara mereka dimasukkan para pejuang Palestina yang berjuang mati-matian melawan pendudukan Zionis Israel.
Dan siapakah yang disebut sebagai Islam moderat? Tentu, diantara mereka adalah kaum Muslim yang dianggap tidak membahayakan kepentingan dan dominasi Singapura. Untuk itulah, kita tidak heran, jika Singapura
juga rajin membantu berbagai kelompok sekuler-liberal pro Barat untuk
mengembangkan pikiran dan kekuatan mereka dalam menghancurkan pikiran
dan kelompok-kelompok Islam yang dianggap menjadi ancaman Barat dan Singapura.
Karena itu, bisa dipahami, mengapa Singapura
sangat aktif membeli saham berbagai perusahaan strategis milik negara
RI, seperti Indosat dan Telkom. Dengan menguasai sektor telekomunikasi
Indonesia, hampir tidak ada yang rahasia lagi apa yang terjadi di
Indonesia, di mata Singapura.
Jika
bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim sadar akan sumber kekuatan
mereka, yakni al-Quran, al-Sunnah, dan khazanah tradisi intelektual
Islam yang sangat melimpah, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama,
insyaallah, bangsa ini akan bangkit menjadi kekuatan besar.
Setiap
peradaban punya karakteristik dan cara khas untuk bangkit dan menjadi
besar. Satu dengan yang lain tidak sama. Adalah sangat keliru, jika
dalam hal ini saja, kaum Muslim menjiplak jalan kebangkitan Barat.
Banyak hal yang perlu dipelajari dan diambil dari Barat, tetapi bukan
dengan menjiplak pandangan hidup nya.
“Janganlah kalian bersikap lemah dan bersedih hati, padahal kalian adalah orang-orang yang paling tinggi (martabatnya), Jika kalian orang-orang beriman.” (QS Ali Imran:139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar